[Movie] Your Lie in April: Live Action

Tahu anime Shigatsu wa Kimi no Uso (Your Lie in April) yang rilis pas Fall season 2014 lalu? Anime 22 episode ini sukses menjadi salah satu anime emosional yang begitu dicintai para penggemar anime. Sampai akhirnya pada 2016 kemarin, dibuatlah versi live actionnya dengan cast utama Yamazaki Kento sebagai Arima Kousei, dan Hirose Suzu sebagai Miyazono Kaori.

Sebagaimana banyak orang yang membanding-bandingkan versi live action suatu film dibandingkan dengan versi anime dan juga manga-nya, gue rasa ada sedikit hal yang ingin gue sampaikan setelah gue--baru sempat--menonton versi live action dari Your Lie in April ini.

Beberapa dari review yang kemarin gue baca, sebagian bilang kalo akting-nya Hirose Suzu sebagai Kaori ini dianggap lebay dan dibuat-buat. Ngga cocok kalo dibandingkan dengan Kaori yang di versi anime. Bla bla bla. Bla bla bla.

[Story #1-5] Kisah-Kisah Bunga: Freesia

Part 1

"Masa muda, masa yang berapi-api.."

Begitulah petikan sebuah lagu yang sangat populer di negeri kita. Lagu milik sang Raja Dangdut negeri ini. Siapa yang tak kenal dengan Bang Haji Rhoma Irama?

Gue jujur saja tidak mengenal beliau. Bahkan bertemu dengan beliau pun sekali saja belum pernah. Tapi cukuplah kalo gue bilang gue mengenalnya dengan baik. Tak sedikit lagu-lagunya yang gue tahu, meskipun kalau disuruh menyanyi keseluruhan liriknya sebenarnya ngga hafal juga. Tapi biarlah.

Kabar akan ada konser dangdut di alun-alun kota membuat warga sumringah. Apalagi isunya, akan ada Bang Haji Rhoma Irama. Meskipun pada kenyataannya, isu itu hanyalah isapan jempol belaka. Konser dangdut yang dimaksudkan tadi rupanya adalah konser dangdut biasa, dengan artis wanita penyanyi lokal yang bersuara pas-pasan dan sengaja berpakaian minim demi menarik minat pengunjung. Sepertinya konser ini diadakan untuk promosi salah satu produk parfum. Bukan merk yang sudah menasional ataupun mendunia, tapi parfum yang sepertinya produk baru buatan lokal. Selain itu, ada juga sponsor dari salah satu merk rokok terkenal di tanah air.

[Story #1-4] Kisah-Kisah Bunga: Poppy

"Iissh.. kenapa bannya pake bocor segala.." gerutu seorang wanita kepada sepedanya. Dia baru saja selesai melakukan pekerjaannya dan kini tengah bersiap untuk pulang ke rumahnya.

Tak mau repot dan berlama-lama mencari bengkel, maka dituntunnyalah sepeda berkeranjang itu menyusuri jalanan setapak kecil yang menuju ke satu rumah yang ada di ujung jalan.

Pohon-pohon yang mulai berbuah mewarnai sepanjang sisi kiri jalanan sempit itu. Sambil perlahan menuntuni sepedanya, wanita itu memandangi dengan cermat pohon-pohon rindang yang mulai bergoyang-goyang tertiup angin, hingga ia kemudian berhenti di dekat satu pohon yang paling besar.

Sebuah pohon yang dulu menjadi tempatnya bermain saat masih kecil.

[Story #1-3] Kisah-Kisah Bunga: Yasmin

Cincin Akar Pohon

Pagi itu, di desa kecil di lereng pegunungan, kabut tipis masih menyelimuti atap-atap rumah kayu. Ayam jantan berkokok bersahutan, sementara aroma tanah basah dan bunga melati liar bercampur di udara. Di ujung jalan setapak yang masih lembap, Yasmin berjalan pelan, membawa keranjang anyaman berisi sayuran dari kebun.

Kaki Yasmin berhenti di depan pagar rumahnya. Dari kejauhan, suara langkah cepat mendekat.

"Min! Tunggu!"

Ia menoleh. Calon suaminya, Rizal, terengah-engah menyusulnya, tangan kanan menggenggam sesuatu.

[Story #1-2] Kisah-Kisah Bunga: Seruni

Seruni di Terminal Malam

Langit jingga mulai memudar ketika Seruni menyelesaikan packing terakhir tas ranselnya. Kamar berukuran 3x4 meter itu terasa pengap oleh tumpukan kenangan: piagam-piagam sekolah di dinding, foto kelulusan dengan wajah ceria yang sekarang terasa seperti masa lalu yang jauh, dan aroma anyir tanah liat dari genting rumah yang masih hangat oleh terik siang.

"Pakaian, celana... udah. Charger, earphone... ada. Uang simpanan... aman. Tiket jangan sampai ketinggalan." Gumamannya pecah oleh suara langkah ibu di balik pintu kayu yang reyot.

"Nduk, ini rendang dan sambal balado buatan kemarin, kenapa nggak dibawa?" Ibu mendorong bungkusan daun pisang ke arahnya, wajahnya berkerut seperti kertas minyak yang kusut.

Seruni menatap bungkusan itu. Bau rempah yang menggoda itu tiba-tiba membuat tenggorokannya sesak. Berat Bu, bukan cuma fisiknya...

[Story #1-1] Kisah-Kisah Bunga: Saliyah

Langkah kecil Saliyah bergegas menembus rintik hujan yang semakin deras. Bunyi kecipakan air dari sepatunya yang basah bersahutan dengan langkah kaki-kaki lain di belakangnya. Dinginnya air hujan tak lagi ia rasakan, karena pikirannya hanya tertuju pada satu hal: bungkusan kecil yang ia sembunyikan di balik jaket sekolahnya.

"Aduh, jangan sampai basah…" gumamnya dalam hati, menyesal karena lupa membawa payung pagi tadi. Padahal ibunya sudah mengingatkan, "Nak, bawa payung yaa… takut nanti hujan." Tapi Saliyah bersikeras, "Enggak ah, Bu. Terang kok hari ini!"

Kini, jaketnya sudah basah kuyup, tapi ia masih bisa merasakan bentuk bunga itu—terbungkus rapi dalam lipatan selendang tari sekolahnya—masih kering.

◇◇◇

"Assalamualaikum…!" seru Saliyah begitu melihat ibunya berdiri di depan pintu, wajahnya penuh kelegaan.

"Waalaikumsalam… Jangan lari-lari, Nak!" jawab sang ibu sambil mengusap rambut Saliyah yang masih meneteskan air.